8 Perbedaan Tumpangsari dan Monokultur
Apakah perbedaan antara tumpangsari dan monokultur? Pola tanam adalah suatu urutan penanaman pada sebidang lahan dalam setiap tahun. Pola tanam ini masih termasuk bagian dari sistem budidaya tanaman. Tujuan penerapan pola tanam ialah memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan meminimalisir risiko terjadinya kegagalan. Di daerah beriklim tropis, pola tanam biasanya disusun selama setahun dengan mempertimbangkan curah hujan.
Ada dua macam pola tanam antara lain monokultur dan polikultur (tumpangsari). Monokultur dilakukan dengan menanam satu jenis tanaman saja pada suatu lahan. Contohnya, Anda bisa menanam sawah dengan padi, jagung, atau kedelai saja. Kelebihan dari pola tanam ini yaitu mampu meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Sementara itu, polikultur dilaksanakan dengan menanam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan pada suatu bidang lahan secara tersusun dan terencana.
Monokultur
Pertanian monokultur merupakan pertanian yang dilakukan dengan menanam tanaman sejenis. Sebagai contoh yakni penanaman padi saja, jagung saja, bawang merah saja, dan lain-lain. Dengan menerapkan pola ini, hasil panen pun bisa dinaikkan. Sayangnya pola ini menyebabkan lahan menjadi jenuh sehingga perlu diolah, dipupuk, dan disemprot secara teratur. Tingkat penyebaran hama dan penyakit pada pola penanaman monokultur juga berlangsung lebih cepat.
Polikultur
Kata polikultur berasal dari gabungan kata poli yang berarti banyak dan kultur yang artinya budidaya. Jadi polikultur dapat didefinisikan sebagai pertanian yang menerapkan pola penanaman berbagai macam tumbuh-tumbuhan di dalam suatu bidang lahan. Pola ini biasanya sudah direncanakan dan disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek lingkungan yang bagus.
Teknik penanaman polikultur dikenal pula dengan sebutan tumpangsari. Kelebihan dari sistem ini yakni mengurangi serangan hama, meningkatkan kesuburan lahan, memperoleh hasil panen yang beragam, serta memutuskan siklus hidup bibit penyakit. Di sisi lain, kekurangan-kekurangan pola polikultur antara lain timbulnya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara dan jenis hama yang menyerang lahan pun lebih banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.
Perbedaan
Berikut ini perbedaan-perbedaan antara monokultur dan polikultur, antara lain :
- Teknik polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sebab setiap sudut lahan bisa ditanami dengan jenis tanaman yang sesuai. Sebaliknya pada teknik monokultur hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
- Karena hanya menanam satu jenis tumbuhan, hasil panen pada pola monokultur pun meliputi satu komoditas saja. Berbeda dengan pola tumpangsari yang dapat memanen berbagai jenis tumbuhan.
- Berkebalikan dengan pola penanaman monokultur, pola penanaman polikultur dapat mengatur populasi tanamannya sedemikian rupa tergantung jenis tumbuhan yang dibudidayakan.
- Pada monokultur, ekosistem yang terbentuk tidak stabil. Sedangkan pada polikultur, pola ini dapat menstabilkan pembentukan ekosistem.
- Secara tidak langsung, monokultur dapat menyebabkan ledakan serangan hama dan penyakit. Tetapi tumpangsari justru dapat memutuskan mata rantai serangan organisme pengganggu tanaman.
- Karena ada banyak spesies tanaman yang dipelihara, hama yang menyerang lahan polikultur pun bermacam-macam namun dalam jumlah yang sedikit. Sementara itu, hama yang menyerang tanaman biasanya lebih banyak.
- Tingkat kesulitan dalam merawat lahan monokultur jauh lebih mudah daripada lahan polikultur karena hanya ada satu jenis tanaman yang ditanam di dalamnya.
- Tanaman yang dipelihara dengan sistem monokultur dapat diintensifkan sehingga hasil panennya pun dapat meningkat. Upaya pengintensifan tersebut sulit diterapkan pada tanaman-tanaman yang dibudidayakan dengan sistem polikultur.
0 Response to "8 Perbedaan Tumpangsari dan Monokultur"
Posting Komentar